CINTA YANG MEMBUTAKAN MATA HATI SAUDARAKU Part 1

“Woe bangun, dah pagi Ngga! Kita hari ini sekolah pagi!”

“Apa? Emang ada pengumuman kayak gitu kemarin?”

“Ya lah, dasar budek lu! Aku mandi duluan!”

“Gak bisa, kita mesti mandi bareng coz dah jam 6.30!”

“ya deh..!” sahut Ranggi.

Begitulah mereka berdua, hari ini akan memulai sekolah pagi, setelah sekolah kami direhab oleh pemilik yayasan.

“Pak, stop dulu kami belum masuk!” ucap Rangga.

“Ya terlambat, tapi karena hari pertama masuk pagi jadi kalian silahkan masuk!” Ujar Pak Yono, satpam sekolah kami.

Kami sungguh semangat, menjelang Ujian nasional kami akhirnya bisa masuk pagi. Sudah hampir enam bulan masuk siang membuat kami sedikit malas. Rangga dan Ranggi adalah saudara kembar identik sehingga para guru dan temannya sering salah memanggil nama mereka.

Jam menunjukkan jam 2 siang dan bel pun berbunyi. “Teet Teet Teet” Semua siswa bersorak ria langsung pulang.

“Kita beli makan siang di warung makan amigos yuk”? ajak Ranggi.

“Kesana lagi?”

“Yap… jangan protes, kalau tidak mau pulang jalan kaki!”

“Ok Ranggi sang Big Bos!”

Mereka pun berjalan menuju warung makan amigos langganan Ranggi. Ranggi sangat senang dengan makanan yang dijual salah satu pedagang. Namun bagi Rangga makanan itu sangat tidak membuatnya berselera, bukan karena makanannya jelek namun tempat jualannya yang bukan amigos namun malah diatas got

‘Bruuk’

“Maaf ya, saya nggak sengaja!” ucap seoang ibu tua sambil mengambil sendok yang teratuh dipinggir jalan.

“Gak apa Bu, sini saya bantu!” sahut Ranggi langsung membantu mengambil sendok yang berjatuhan.

“Buang-buang waktu ja! Udah jam setengah tiga ini!” ucap Rangga sediit sewot.

“Ya sekali-kali membantu orang kan gak masalah!” sahut Rangga sambil menyerahkan sendok-sendoknya ke ibu tua itu.

“Makasih ya nak!”

“Ya bu, kalau begitu saya pulang dulu bu!” sahut Ranggi langsung menarik tangan Rangga.

“Hati-hati djalan nak!” sahut ibu tua tersebut.

Di perjalanan menuju parkiran…

“Gak jadi belanjanya Nggi?” Tanya Rangga sambil tersenyum.

“Gak, kasihan kamu ga bisa main game!” sahut Ranggi tersenyum.

“Ya udah, kalau gitu kita pulang!”

Di perjalanan pulang..

Dalam hati Rangga mengatakan pantas saja Ayu Kiran lebih memilih Ranggi ketimbang aku. Kapan aku punya kesempatan buat aku jadi ama Ayu Kiran.

Dan tiba-tiba…. ‘Braaaak’ Mereka berdua kecelakaan diserempet mobil. Merekapun terpelanting dan jatuh ke sungai serta hanyut terbawa arus yang cukup deras.

“Rangga, kamu bertahan ya?” ucap Ranggi sambil memegang Rangga yang tak bisa berenang.

“Iya kak..” sahut Rangga.

Arus begitu deras menyeret mereka, ditambah dengan hujan deras.

Di rumah…

“Apa? Rangga dan Ranggi kecelakaan dan hanyut di sungai?” ucap seorang lelaki tua.

“Ya paman, tadi ada telepon dari kantor polisi yang membeitahukan hal ini!” sahut seorang perempuan muda.

“Kasihan sekali adik-adikmu Nay!” ucap lelaki tua itu.

“Ya paman, kita harus segera kesana sekarang!” ajak Naya.

“Ya” sahut leaki tua itu sambil mengambil kunci mobil.

Mereka berduapun segera berangkat menuju lokasi kecelakaan Rangga dan Ranggi. Sampai disana begitu ramai  didatangi warga. Mereka menerobos kerumunan dan menemui seorang petugas polisi.

“Pak bagaimana dengan kondisi keponakan saya yang mengalami kecelakaan tadi siang?” tanya lelaki tua itu.

“Kami belum berhasil menemukan keberadaan mereka pak, Tim sar sedang menyusuri sungai ini! Kami berharap bapak bersabar!” sahut petugas itu.

Naya yang kelihatan panik langsung terisak menangis. Pamannya berusaha menenangkannya. Namun tak lama kemudian datang seorang lelaki berpakaian tim sar datang.

“Apakah kalian sudah menemukan mereka?” Tanya petugas tadi.

“Ya, kami menemukan mereka 7 km dari sini pak!” jawab petugas tim sar itu.

“Lalu gimana keponakan saya, apakah mereka selamat?” Tanya paman Naya.

Petugas tersebut hanya bisa menghela nafas. Naya terlihat syok langsung mendatangi petugas tim sar tersebut.

“Katakan apa yang terjadi pada adik-adik saya?” Tanya Naya sambil menangis.

“Adik mbak yang sau selamat, sedangkan yang lagi satu tidak kami temukan sampai hilir sungai ini!” sahut petugas itu.

“Paman kita harus segera melihat kondisi adikku!” ucap Naya.

“Iya, bisa antar kami pak?” ucap Paman Naya.

Mereka berdua diantar petugas tim sar menuju sebuah rumah sakit. Naya terlihat terpukul menghadapi kejadian ini. Sampai di ruamah sakit mereka segera menuju ruang UGD.

“Dok bagaimana dengan kondisi adik saya yang tadi ditemukan di sungai?” Tanya Naya.

“Oo anda keluarganya, mari masuk!” ajak dokter.

Dokter pun mengatakan bahwa kondisi pasien tidak parah, hanya luka-luka di bagian kaki dan punggung.

“Untungnya adik anda tidak mengalami luka di kepala dan hanya luka-luka memar!”

“Terima kasih dok!” sahut Naya

“kalau begitu saya tinggal dulu, nanti saya kembali! Sahut dokter tersebut.

Naya begitu sedih melihat adiknya ini, dia baru saja kehilangan keua orang tuanya, belum 40 hari. Naya memegang tangan adiknya itu, dia berumam apa kamu Rangga atau Ranggi? Namun tiba-tiba tangan adiknya Naya bergerak dan ia membuka matanya dan mengatakan

“Ka..kak?” terdengar lemah.

“Adikku kamu sudah sadar…dokter dokter…?”ucap Naya.

Dokter pun memeriksa adik Naya. Dokter mengatakan pasien ini sudah pulih.  Naya dan pamannya terlihat senang. Naya kemudian bertanya.

“Adikku kamu Rangga atau Ranggi?” Tanya Naya sambil memegang tangan adiknya.

Terlihat  adiknya Naya ragu dan sedikit mengerutkan kening. Naya dan pamannya terlihat bingung. Dalam hati dia berpikir ‘Pasti Ranggi belum ditemukan, ini kesempatanku mendapatkan Ayu Kiran. Jika aku mengaku sebagai Ranggi maka Kiran akan jatuh ke pelukanku!’

“Aku Ranggi kak!”

“Ranggi? Artinya kita tinggal menunggu pencarian Rangga!” sahut Naya.

Keesokan harinya Rangga yang mengaku sebagai Ranggi pun pulang dari RS. Di rumah Naya begitu memanjakan  adiknya itu. Dia begitu trauma dan tidak ingin kehilangan orang yang di sayangnya.

Kemudian bel berbunyi.

“Siapa ya? Tunggu sebentar!” ucap Ranggi Palsu alias Rangga.

Saat membuka pintu.

“Kiran?”

“Sayang, kamu kenapa kok bengong?” Tanya Kiran.

“gak papa…. Ayo masuk!” ucap Rangga.

Kiran pun memberikan sebuh buku komik. Dan Kiran menceritakan betapa bahagianya dia saat tahu Ranggi selamat. Dia memeluk Rangga begitu erat.

“Ranggi sayang jangan pernah buat aku menderita lagi ya?” ucap Kiran tetep memeluk Rangga.

“Iya sayang!” sahut Rangga.

Tiba-tiba paman Naya datang.

“Ranggi? Maaf paman mengganggu. Dimana kakakmu?” Tanya Paman Naya.

“Iya ada apa paman?” Tanya Naya datang dari dapur.

“Ada berita gembira, Rangga ditemukan selamat!” ucap paman Naya terharu.

Rangga begitu terkejut. Dan bergumam ‘Tidak mungkin’.

“Apa yang kamu ucapkan saying? Kamu seneng donk Rangga selamat!” ucap Kiran

“Iya…” sahut Rangga dengan senyum dingin.

Mereka berempat pun pergi ke RS. Sayangnya, mereka belum bisa bertemu Rangga alias Ranggi karena kondisinya kritis. Naya begitu terpukul sedang Ranggi palsu bergumam ‘mati saja sekalian’.

Namun tiba-tiba suster memanggil dokter dan mengatakan pasien bernama Rangga berhasil melewati masa kritisnya.

“Apa? Kalau begitu saya akan memerika dulu harap kalian tunggu sebentar ya!” ucap dokter itu.

“Baik dok, lakukan yang terbaik untuk keponakan saya!” ucap Paman Naya.

Naya terlihat senang dan langsung memeluk Ranggi palsu. Ranggi palsu sendiri terlihat kesal. Beberapa hari kemudian, Ranggi palsu mengunjungi Ranggi yang asli.

“kenapa kamu harus hhidup Nggi?” guman Rangga.

“Rangga….” Sahut ranggi lemas.

“Kau sudah sadar!” sahut Rangga langsung memberikan minuman yang telah ia isi obat.

“Minum ini dulu ya Nggi?” ucap rangga.

“Iya…” sahut Ranggi.

Kemudian Rangga permisi keluar dan bilang mau cari dokter. Lima menit kemudian Ranggi merasa tersedak.

“EEeeeek….”

Sambil memegangi lehernya yang terasa panas. Ranggi berusaha meminta tolong namun dia langsung pingsan.

BERSAMBUNG………

Tinggalkan komentar